Jumat, 02 November 2012

Aku,Dia,dan 14Februari


**


Gadis itu terus melangkahkan kakinya tanpa mempunyai tujuan yang jelas,ia hanya ingin bisa keluar dari rumahnya yang menurutnya tidak pernah memberikan rasa nyaman sedikitpun bagi dirinya. Hidupnya sudah cukup hancur dengan semua keadaan yang ada. Dan kini ia tidak mengerti,apa definisi dari hidup sesungguhnya. Karena menurut dia,definisi dari hidup hanyalah sebuah tekanan batin..
Gadis yang bernama Ajeng itu kini berhenti disebuah halte bus dengan keadaan diri yang benar-benar tidak bisa dideskripsikan. Ia hanya bediri dengan pikiran yang jauh menerawang entah kemana. Semenit kemudian ada satu mobil yang melewati sebuah genangan air dan itu membuat seluruh baju Ajeng basah kuyup dengan kotornya air itu..
“Where’s your eyes?!” dengan rasa amarah yang sudah memuncak,Ajeng melepas sepatu conversenya dengan cepat kemudian melemparnya ke mobil itu. Ajeng tidak peduli dengan setiap tatapan orang-orang disekelilingnya..
“What the hell are you doing?! Ajeng….” ujar orang yang mengendarai mobil tadi saat menghampiri Ajeng. Dan kini keduanya hanya saling bertatap-tatapan dan menciptakan keheningan..
“Gue mimpi apa bisa ketemu lo juga disini,enggak di komplek rumah dan enggak disekolahpun gue ketemu lo. Sekarang ketemu lo di halte bus…..hidup gue makin sial liat lo” tutur Ajeng. Kini laki-laki yang berada dihadapannya hanya menatap Ajeng dengan jijik. Radit namanya..
“Well lo pikir gue juga seneng bisa ketemu lo terus? Sama sekali enggak. Dan maaf ya nona Ajeng yang terhormat,sepatu murahan lo itu udah ngerusak mobil gue”
“Dan haruskah gue peduli?” dengan begitu Ajeng pergi dari hadapan Radit,Radit pun hanya berdecak kesal kemudian kembali ke dalam mobilnya dan melanjutkan perjalanannya lagi...
Ajeng dan Radit adalah dua insan yang mungkin diciptakan tidak bisa bersatu,karena sejak kecil mereka sudah menjadi musuh. Dan setiap mereka bertemu hanya kata-kata kasarlah yang terucap dari mulut mereka masing-masing. Sebenarnya tidak pernah jelas dari antara keduanya ada masalah apa sehingga setiap kali bertemu mereka hanya bertingkah layaknya tom and jerry..


**


Ajeng terus melangkahkan kakinya menelusuri koridor sekolahnya dengan gontai,kemudian ia merasakan dibagian matanya begitu sakit. Ini bukan pertama atau kedua kalinya Ajeng rasakan sakit seperti ini,kejadian ini sudah berulang kali terjadi pada matanya. Dari dirinya sendiripun tidak pernah memberanikan diri untuk memeriksakannya,karena ia berpikir kalau dia sakit tidak akan ada yang peduli juga..
Saat ia hendak mengambil buku-bukunya di loker entah mengapa Ajeng merasakan sakit kepala yang begitu hebat. Tangannya kini menyanggah di lokernya seraya memijit dahinya dengan pelan,berharap rasa sakit itu akan pudar tetapi hasilnya nihil. Dengan berbagai keadaan yang mendesak Ajeng memutuskan untuk memasuki kelasnya,takut ia akan kena surat peringatan lagi karena sering telat masuk kelas. Kakinya melemah,rasa sakit yang ia rasakan semakin hebat di detik berikutnya hanya gelap yang Ajeng rasakan..
Radit terus berlari menelusuri koridor sekolah untuk mencapai kelasnya tetapi langkahnya terhenti saat matany menangkap sosok Ajeng sedang tergeletak tak berdaya di koridor sekolah yang begitu sepi. Jauh dari dalam hati Radit,ia sama sekali tidak pernah membenci gadis yang kini berada dihadapannya. Pertengkaran itu selalu muncul dengan tidak diharapkan,dan jauh didalam pikiran Radit sebenarnya ia ingin mempunyai hubungan yang baik dengan Ajeng tetapi melihat tingkah Ajeng yang sepertinya begitu benci dengan dirinya memundurkan niat Radit untuk mengajaknya jadi teman baik. Kini Radit mencoba untuk membopong tubuh Ajeng dan membawanya ke ruang UKS yang terletak diujung koridor sekolahnya tersebut..
Tubuh Ajeng pun sudah terbaring di tempat tidur yang disediakan oleh ruang UKS kini Radit hanya duduk dalam diam menatap Ajeng dengan pikiran yang jauh melayang. Manis. Itulah yang mampu Radit ucapkan dalam hatinya saat matanya menelusuri setiap lekuk wajah Ajeng,seketika pikiran itu memudar saat mendapati Ajeng sudah membuka matanya..
“Akhirnya lo udah sadar..” ujar Radit.
“Emang gue kenapa?”
“Tadi gue liat lo pingsan di koridor deket kelas gue,kok bisa sampe pingsan?”
“Gatau,tapi makasih yaa” balas Ajeng dengan dingin kemudian siap untuk keluar dari UKS.
“Lo mau kemana? Gapunya otak ya,lo kan baru sadar masa udah mau pergi. Lo lagi sakit?”
“Lo kesambet apa mendadak care sama gue?” tanya Ajeng sinis.
“Well niat gue baik,I'm just trying to be good friend”
“I'm not your friend” balas Ajeng kemudian berlalu pergi dengan langkah kaki yang cepat..
Ajeng berjalan dengan langkah yang cepat entah mengapa ia ingin sekali pergi dari hadapan Radit secepat mungkin. Dalam diam,Ajeng merasakan jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya sewaktu berhadapan dengan Radit dan ia merasa kalau apa yang ia rasakan itu sangat salah jadi Ajeng memutuskan untuk pergi dari hadapan Radit secepatnya sebelum semuanya menjadi berantakan..



**



Radit kini sedang dalam perjalanan menuju rumah Ajeng karena mamanya baru saja meminta tolong untuk mengantarkan kue yang baru dibuat untuk orang tua Ajeng. Tapi sepertinya rencananya gagal karena terlihat dari rumah Ajeng,begitu sepi layaknya tak berpenghuni..
“Mba,lagi pada pergi ya?” tanya Radit kepada seorang pembantu yang sedang mengunci pagar..
“Iya mas Radit,mereka lagi pada pergi ke rumah sakit. Non Ajeng lagi sakit”
“Saya boleh minta alamat rumah sakitnya?”
“Ini alamatnya mas Radit” pembantu itu memberikan selembar kertas kecil yang berisikan alamat rumah sakit dimana Ajeng dilarikan. Tanpa berpikir panjang Radit mengendarai mobilnya ke kawasan tersebut..



**



Air infus itu terus menetes berhasil menghasilkan suara yang sedari tadi menemani Radit dalam keheningan,berbagai aroma obat menusuk organ penciumannya dan matanya tak pernah berhenti untuk menatap sosok Ajeng yang terkulai lemah. Sesampainya ia tadi di rumah sakit Radit hanya mendapati Ajeng seorang diri dalam ruangan tersebut,ia tidak heran kemana perginya kedua orang tua Ajeng sudah pasti mereka berada di kantornya dan berkutat dengan kesibukannya masing-masing..
“Aww” Radit yang sedang bediri di balcon kamar rumah sakit langsung memasuki  kamar lagi saat mendengar suara meringis kesakitan. Ajeng sudah sadar..
“ssshhhh gue disini Jeng”
“Mata gue gelap,gue gabisa liat apa-apa. Gue kenapa...” berbagai pertanyaan berkecamuk dikepala Ajeng,karena hanya kegelapan yang mampu ia lihat..
“Gue gatau Jeng lo sakit apa,dokter enggak izinin gue buat tau penyakit lo”
“Lo siapa?”
“Gue Radit”
“Kenapa lo bisa tau gue disini? Mending lo pergi,gue gapantes didampingin,hidup gue udah gak layak. Buat apa lo masih nunggu gue disini,toh bentar lagi gue udah mau mati”
“Watch your mouth! Setiap orang layak buat hidup dan sehancur apapun hidup lo sekarang tetep aja hidup lo berharga bahkan diluar sana banyak yang mati-matian buat berjuang untuk bertahan hidup sedangkan lo disini baru kaya gini aja nyerah,stay strong”
“Tadi gue ke rumah lo buat anterin kue bikinan nyokap tapi pada gaada dirumah,dan pembantu lo ngasih alamat rumah sakit ini yaudah gue kesini” sambung Radit.
“Orang tua gue kerja lagi ya?” tanya Ajeng yang kini suaranya sudah menyatu dengan tangisan..
“Entahlah,udah jangan nangis. Gue disini buat lo,lebih baik sekarang kita ke taman buat ilangin rasa stress lo”
“Makasih ya udah care sama gue”
“Apa kita bisa jadi teman?”
“Bisa” balas Ajeng kemudian tersenyum.
“Akhirnya bisa liat lo tersenyum,kan kalau senyum jadinya cantik. Makanya jangan judes mulu” Ajeng hanya terkekeh malu dan kini ia merasakan pipinya memanas..



**



Hari demi hari Radit dan Ajeng lewati bersama,setiap hari Radit pergi ke rumah sakit setelah pulang sekolah dan selalu menghibur Ajeng yang masih terbaring dirumah sakit..
“Tadi ada dokter yang katanya mau ngobrol sama lo,katanya kalau nunggu orang tua gue kelamaan” ujar Ajeng saat Radit sedang menyuapinya makanan..
“Yaudah nanti gue temuin dokternya abis lo makan”
“Menurut lo apa definisi hidup yang sesungguhnya?” tanya Ajeng.
“Hidup...layaknya para pelaut di tengah lautan yang luas lagi mengendarai kapalnya buat sampai ke tepi pantai. Sama ibaratnya kaya manusia,kita itu kaya pelaut yang lagi berenang diluasnya lautan buat sampai ke satu titik tujuan. Dan ditengah luasnya lautan itu ada banyak gelombang dan badai yang harus dilalui oleh para pelaut,sama lagi seperti manusia di hidup ini begitu banyak masalah yang harus kita lewati dan satu-satunya jalan keluar buat bisa keluar dari masalah itu tetaplah bersyukur karena bagaimana pun nanti,kita masih harus mencapai titik tujuan kita. Dan ketika kita mulai nyerah disaat itulah kita tenggelam” ujar Radit.
“Lagipula hidup jangan dibuat susah. forgive the past,smiling to this day,and designing the future with a sense of grateful. Dan biarin masalah hari ini untuk hari aja,karena masih banyak masalah yang harus kita lewati dihari lain dengan rasa bersyukur dan senyuman” sambung Radit.
“Makasih banyak....cuma itu yang bisa gue bilang saat ini”
“Well lo gaperlu repot-repot bilang makasih,gue cuma mau Ajeng yang lagi berada dihadapan gue ini tersenyum dalam menghadapi setiap masalahnya”


**


Radit memegang kertas itu dengan penuh tidak kepercayaan. Kakinya melemah dan matanya tidak henti-hentinya membaca ulang pemberitahuan tersebut. Kata-kata dokter pun terus berputar dimemori otak Radit..
“Ajeng gak mungkin sakit parah...” ujar Radit.
Radit pun berlari ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa gugup dan ketakutannya,ia tidak mau Ajeng mengetahui penyakitnya. Radit hanya bediri dalam diam dan menatap pantulan dirinya dalam cermin seakan mencari jawaban dari kesesakannya..
“Gue percaya Ajeng akan sembuh,dan cepat atau lambat gue harus bisa bebruat sesuatu..” ujarnya lagi. Surat dokter itupun ia letakkan ditasnya,dan kini Radit siap untuk kembali ke kamar Ajeng..
“Dit apa kata dokter?” tanya Ajeng saat Radit sudah duduk manis disebelahnya.
“Mata lo waktu itu abis kelilipan benda kotor dan mungkin lo lupa jadi lo kucek akhirnya ada bagian selaput mata lo yang robek,tapi enggapapa kok lo bentar lagi sembuh tapi ya gitu deh mesti diperban dulu sampe beberapa hari kedepan” tutur Radit,berbohong..
“Semoga waktu gue ulang tahun mata gue udah sembuh..” ujar Ajeng.
“Lo janjikan bakal nemenin gue disaat gue ulang tahun nanti kan?” sambung Ajeng.
“Hmm janji,dan gue juga janji akan kasih sesuatu buat lo”


**


Hari berganti hari dengan seiringnya waktu yang bergulir,sudah beberapa hari ini Radit tidak menjenguk Ajeng dirumah sakit. Dan tidak ada seorangpun yang mengetahui keberadaan Radit,Ajeng pun mulai dilanda gelisah. Takut Radit akan mengikari janjinya..
Radit menatap dirinya dalam pantulan cermin dikamar mandinya dengan lemah,entah sudah berapa kalinya ia memuntahkan darah-darah itu sehingga tubuhnya lemas tak berdaya. Kemudian Radit menenggak obat yang sedari tadi digenggamnya,berharap seluruh rasa sakitnya akan hilang dalam waktu singkat. Besok adalah ulang tahun Ajeng dan Radit berharap betul bisa berada disamping Ajeng..
“Valentine besok,gue mau kasih apa buat Ajeng...” ujar Radit yang kini terduduk lemah dikamar mandinya..
Saat dirinya ingin berusaha bangkit tubuhnya kembali terjatuh dan semuanya berubah menjadi gelap..
Radit dibawa ke rumah sakit dan kini ditubuhnya sudah tertempel berbagai alat rumah sakit. Detak jantungnya juga melemah kini yang terdengar hanyalah detikkan jarum jam dan juga tetesan infus yang dimana setiap tetesnya terdengar begitu nyeri seakan nyawa Radit sedang berada diujung tanduk..
“Ma...” Radit memanggil ibundannya saat baru sadar..
“Ma...Radit mau operasi aja” sambung Radit.
“Operasi apa Dit?”
“Operasi mata,Radit udah nggak butuh organ mata Radit lagi. Ada orang yang lebih membutuhkan mata ini daripada Radit”
“Tapi buat apa Dit?”
“Aku mau mata ini jadi kado terbaik di ulang tahunnya,aku udah janji ke dia buat temenin dia saat dia ulang tahun nanti tapi sepertinya Radit udah gapunya banyak waktu jadi cuma mata ini yang bisa bikin dia bahagia”
“Baik,mama ikuti permintaanmu” balas mamanya dengan berat hati..
Sebelum operasi mata dimulai Radit meminta selembar kertas dan juga pulpen,untuk menuliskan sesuatu..
“Mungkin disaat lo baca ini,tubuh gue udah melayang ke atas sana. Ke tempat yang lebih baik dari dunia ini. Mungkin disaat lo baca ini ada berbagai perasaan yang menghampiri diri lo. Lo boleh marah sama gue karena disaat umur lo yang ke tujuh belas tahun gue gaada disamping lo,maaf sebelumnya gue udah ingkar janji gue. Dan maaf juga gue udah bohongin lo tentang penyakit lo,gue lakuin itu hanya karena lo semata. Gue gamau liat orang yang gue sayang ngeluh lagi hanya karena penyakitnya,gue gamau liat senyum manis lo pudar hanya karena berita penyakit lo. Dan gue berniat buat kasih lo kado,terserah lo suka atau enggak tapi lo udah menggunakan kado dari gue sekarang. Gue cuma bisa kasih mata gue buat lo,karena gue tahu penyakit kanker mata lo butuh donor mata yang cocok. Lagi-lagi maaf gue gabisa berbuat banyak hal karena sekarang pun gue udah lemah. Gue sakit kanker paru-paru sejak SD dan gue bersyukur gue dapat bertahan sampai sekarang,karena gue tau ada titik tujuan yang harus gue capai dan gue gamau nyerah gitu aja hanya karena penyakit gue,dan lihat sekarang? Gue berhasil lihat lo tersenyum,dan itulah titik tujuan hidup gue. Mungkin terdengar bodoh karena dari kecil kita selalu berantem,gue lakuin itu hanya karena gue ingin menutupi perasaan suka gue ke lo. Sekarang gue sadar perasaan ini udah berubah dari suka menjadi cinta. Gue harap lo gak ngatain gue lebay. Well happy birthday my beautiful girl,I wish nothing but the best for you and God bless you more! And happy valentine's day!!<3xx gue cuma mau titip pesan ke lo,apapun yang terjadi dalam hidup lo,lo harus tetap tersenyum. Hidup lo terlalu berharga untuk disia-siakan dan gue berharap dengan mata yang lo milikki sekarang lo bisa melihat dunia dengan lebih baik dan tidak akan memandang hidup lo sebelah mata lagi karena ingat,hidup lo berharga. Please jangan nangis ya karena saat lo nangis gue gaada disamping lo,tapi mungkin bunga mawar sekaligus coklat itu bisa membuat lo menjadi sedikit lebih baik. Forgive the past,smiling to this day,and designing the future with a sense of grateful and stay strong! I love you more than words,I love you more than you know -Radit:]xx”
Setelah Radit selesai menulis suratnya,ia dibawa ke dalam ruangan operasi. Didalam suratnya sudah banyak darah yang berlumuran karena keadaan Radit semakin melemah..
Sepi. Hanya itu yang Ajeng rasakan didalam kamarnya saat itu,sedari tadi ia menunggu kehadiran Radit namun hasilnya Radit belum datang juga. Entah sudah berapa kali Ajeng menghembuskan nafasnya..
“Nona Ajeng maaf menganggu,kita akan memulai operasinya sebentar lagi” ujar suster yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Ajeng..
“Operasi apa Sus?”
“Operasi mata,nona Ajeng kan mengidap kanker mata. Beruntung hari ini ada yang mendonorkan matanya untuk nona Ajeng”
“Siapa pendonornya? Kenapa aku baru tahu sekarang kalau aku punya kanker mata..”
“Memang teman nona bernama Radit itu tidak memberitahu nona?”
“Enggak,dia cuma bilang kalau bagian selaput mata saya ada yang robek”
“Mungkin temannya tidak mau melihat nona Ajeng stress”
Ajeng hanya terdiam dengan pikiran yang melebur menjadi berbagai bagian yang mempunyai pertanyaan masing-masing disetiap pikirannya. Entah ia harus bereaksi seperti apa,karena kini pun ia sama sekali tidak bisa mentetralisirkan keadaannya sendiri. Semua pemikirannya begitu abstrak untuknya.



**



Operasi donor mata Radit berjalan dengan baik tetapi tidak dengan keadaan tubuhnya,semuanya justru semakin parah. Menarik nafas pun harus merasakan nyeri yang mendalam dulu baru bisa menikmati oksigennya dengan leluasa dan kini Radit hanya bisa pasrah dan tetap berserah pada Tuhan yang Maha Esa..
“Ma,kalau di jam dua belas nanti Radit udah pergi mama tolong berikan surat ini buat Ajeng ya ma. Ini juga ada sekotak coklat sama bunga mawar yang baru Radit beli kemarin nanti tolong kasihin Ajeng juga”
“Radit sayang mama...” sambung Radit,kemudian didetik berikutnya hanya gelap yang Radit rasakan. Kegelapan itu membawa Radit pergi naik ke atas,ke tempat yang lebih baik dari pada dunia yang fana itu..
Ibunda Radit pun hanya bisa menangis dalam diam,meratapi anaknya pergi dengan rasa penuh haru. Yang beliau tahu hanyalah ia harus bisa ikhlas..



**


Ajeng baru tersadar dari obat bius yang diberikan para dokter selama berjalannya operasi. Dan kini ia sedang menunggu detik-detik menuju hari ulang tahunnya,berharap di detik-detik pergantian umurnya Radit datang tapi entah mengapa ada perasaan yang mengganjal di Ajeng tentang Radit dan perasaan itu semakin membuat Ajeng kebingungan..
“Nona Ajeng siap perbannya mau dibuka?”
“Siap Dok”
“Baik,tunggu sebentar” dokter itu membuka perbannya dengan perlahan sehingga kini mata Ajeng bebas dari segala perban. Ajeng membuka perbannya dan mengerjapkannya beberapa kali sehingga matanya bisa fokus pada satu objek..
“Tante?” ujar Ajeng,saat matanya baru dibuka. Ibundanya Radit kini bediri dihadapan Ajeng,untuk memberikan surat yang sudah dititipkan oleh Radit sebelumnya..
“Tante senang kamu sembuh,Jeng. Selamat ulang tahun ya,tante kesini cuma ingin memberikan ini” ucapnya,kemudian memeluk tubuh Ajeng erat dan mengecup kedua pipinya..
“Tante ini apa,tante gausah repot-repot lakuin ini. Radit mana tante?”
“Ini semua titipan Radit,dia minta maaf karena gabisa temenin kamu saat ulang tahun. Tante harus pergi,karena masih ada urusan. Sampai jumpa” dengan begitu ibundanya Radit pergi dari hadapan Ajeng..
Ajeng membuka kotak yang diberikan oleh ibunya Radit,dan didalam kotak itu terdapat satu tangkai mawar putih kesukaan Ajeng dan coklat favorite Ajeng dan juga terdapat selembar surat. Tanpa berpikir panjang,Ajeng langsung membaca surat itu..
Buliran mutiara itu kini pecah menjadi sebuah tangisan,Ajeng memberontak dan melempar segala barang yang ada didalam ruangan itu. Ajeng merasa ia memang tidak pantas bahagia,disaat ia baru dihadapkan dengan kebahagiaan pasti ada hal lain yang menghancurkan kebahagiaan itu. Dalam hitungan menit Ajeng terduduk dalam diam dilantai dengan keadaan air mata yang terus mengalir,kalimat yang ditulis oleh Radit terus berputar di memori otaknya..



**


Tiga tahun kemudian...


Ajeng pergi ke makam dimana Radit ditempatkan,setelah kepergian Radit tiga tahun yang lalu baru saat ini Ajeng memberanikan dirinya untuk melihat pemakaman Radit. Ia bukannya lupa akan Radit,hanya saja Ajeng baru menyanggupi dirinya untuk pergi ke tempat Radit di istirahatkan..
“Dit entah gue harus bilang apa tapi satu yang gue bisa bilang,makasih banyak buat semuanya. Berkat surat itu gue bisa melihat dunia ini dengan baik,dan gue udah gapernah memandang hidup gue sebelah mata lagi. Dan asal lo tau,mawar putih yang lo kasih buat gue di valentine waktu itu,masih gue rawat sampai saat ini. Maaf kalau gue baru bisa dateng kesini sekarang,karena lo tahu buat melewati semua beban ini nggak mudah. Dan gue juga sayang lo Radit..” ujar Ajeng seraya menabur bunga. Air mata itu pun menetes lagi..



**


Kehidupan layaknya kita sedang berenang disatu lautan yang luas dan ada berbagai gelombang dan badai masalah yang datang pada kita. Dan kita sebagai manusia hanya punya dua pilihan tetap berenang dalam lautan kehidupan itu atau berhenti berenang dan tenggelam. Tapi disaat memilih antara kedua pilihan tersebut,kita masih ada satu alasan kenapa kita harus tetap berenang alasannya adalah kita masih mempunyai satu titik tujuan yang harus kita capai di hidup kita. Jangan biarkan penyesalan yang mendeskripsikan cerita akhir hidup kita..


Forgive the past,smiling to this day,and designing the future with a sense of grateful and stay strong..
   






-THE END-








2 komentar:

  1. Terus semangat berkarya..... kamu pasti bisa..... Love u

    BalasHapus
  2. cerita yang menyentuh hati .. saya terharu ..
    jual keripik keripik

    BalasHapus