Sabtu, 04 Agustus 2012

Gadis Dibawah Hujan



            Entah sudah berapa kali Viona berlari untuk menghindar dari para suster yang terus memaksanya meminum obat yang membuat Viona ingat akan penyakitnya,yang mungkin sebentar lagi akan membuat hidupnya berakhir. Viona hanya terus berlari dan berlari sampai pada akhirnya Viona keluar dari gedung rumah sakit yang cukup terkenal di kota itu.  Viona tidak mempunyai arah untuk kemana ia pergi,Viona hanya mengikuti kemana kakinya ingin melangkah. Disaat yang bersamaan ada klakson yang kencang dan membuat Viona terenyak sadar akan lamunannya..
            Viona terus berjalan kemudian menyebrang saat mendapati lampu lalu lintas sedang merah. Ia tidak sadar sebenarnya didalam mobil ada seorang pria sedang meneliti gerak-gerik Viona,tanpa disadari lelaki itu tersenyum entah karena apa..


**


Langit tampak mendung dan tentu saja membuat Viona tersenyum puas,sudah bisa ditebak dalam pikirannya bahwa ia sangat senang dan tidak salah ia kabur dari rumah sakit karena cuaca sedang berpihak dengannya,ini terbukti karena sudah lama sekali ia tidak merasakan hujan..
“untung aku kabur dari rumah sakit” gumamnya dengan nada puas.
“Memang kau lagi sakit?” kemudian lelaki itu bertanya secara tiba-tiba,ia yang sedang duduk ditaman pun sedikit terperanggah dengan keberadaan pria itu..
“Ini mau hujan kenapa kamu malah senang?” tanya pria itu lagi. Ia hanya menatap lelaki itu sebentar kemudian mengedarkan pandangannya lagi dan tingkah laku Viona membuat pria itu tersenyum..
“Aku suka hujan makanya aku berada disini”
“unik” Ia pun menolehkan kepalanya kepada pria itu,dan disaat yang bersamaan mata mereka saling bertemu. Matanya indah warnanya bagus,hanya itu yang mampu Viona ucapkan..
“Matamu bagus” ujar lelaki itu. Coklat tua memberi kesan hangat akan setiap tatapan yang ia edarkan,batin pria itu..
“Sepertinya aku harus pergi,bisakah kita bertemu dilain waktu?” kemudian tanya pria itu setelah beberapa menit dilanda oleh keheningan..
“Mungkin bisa tapi lihat nanti bagaimana takdir ini berpihak pada hidupku” pria itu hanya mengerutkan keningnya menandakan ia bingung dengan jawaban Viona.
“Siapa namamu?” Viona pun memilih pergi untuk merasakan setiap rintikkan hujan yang semakin deras tanpa menggubris sama sekali pertanyaan pria itu..
“Benar-benar unik” gumam Michael,pria itu..


**


            Beberapa minggu setelah pertemuan itu,Viona sudah tidak pernah berada diluar gedung rumah sakit lagi dikarenakan kondisinya semakin menurun akhirnya ia pun dijaga ketat oleh para suster. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan nafas yang menandakan dia sudah sangat bosan dalam ruangan ini,ia menjalankan kursi rodanya kearah balcon kamarnya. Kota ini baru saja diguyur deras oleh hujan lalu disambut dengan hadirnya pelangi,gadis itu berdecak kagum rasanya sudah lama sekali ia tidak melihat pelangi tapi kemudian gerimis datang menghampiri lagi,Viona mengulurkan tangannya untuk merasakan setiap tetesan hujan yang turun..
“Apakah besok aku masih bisa merasakan setiap tetesan hujan,apakah besok aku masih bisa melihat pelangi,apakah besok..”
“Apakah besok Viona ingin pergi ke taman?” ujar seorang suster yang sudah akrab betul dengan Viona..
“Suster yakin mengizinkanku pergi ke taman?”
“Aku akan menemanimu,tadi saat suster sedang keluar untuk membeli makanan suster bertemu dengan seorang pria yang menanyakanmu. Namanya Michael,kamu kenal?”
“Michael.. aku tidak mengenalnya”
“Pria yang yang bertemu denganmu ditaman saat kamu kabur minggu lalu,apa kamu lupa?”
“Oh pria misterius itu”
“Dia menanyakanmu,jadi suster memutuskan untuk mengajakmu ke taman besok. sepertinya kasihan ia setiap hari menunggumu di taman itu”
“Pria aneh” gumam Viona.


**


            Mentari telah menjulang tinggi dari arah Timur untuk kembali menyinarkan dunia,burung-burung berkicau seakan siap untuk menyambut hari baru. Suster Anita pun sudah rapih dengan seragamnya dan siap untuk mengantarkanku ke taman yang sudah satu minggu lamanya tidak Viona kunjungi..
“Hey” sapanya pria itu saat aku dan suster Anita telah tiba ditaman.
“Jadi kamu yang bernama Michael?”
“Ya aku Michael,dan kamu Viona. pasien dari suster Anita” balasnya seraya tersenyum. Disaat itu juga Michael menunjukkan kedua lesung pipinya..
“Senang bisa mengenalmu,Michael pria misterius”
“Tentu,aku juga bisa mengenalmu Viona perempuan unik”
“Viona suster akan meninggalkanmu dan aku akan menitipkanmu pada Michael. Michael jaga dia baik-baik,kalau terjadi apa-apa hampiri saya”
“Baik suster” suster Anita pun berlaju pergi.
“kamu sakit apa?” kemudian tanya Michael seraya mendorong kursi rodaku pelan.
“Suster Anita bilang kalau kamu setiap hari berada ditaman ini,untuk apa?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan,katakan saja padaku”
“Sudah banyak orang yang menanyakan penyakitku setelah mereka tahu penyakitku,mereka seakan berubah menjadi seorang dokter dan satpam. Mereka selalu menjagaku ketat dan selalu menyuruhku istirahat,rasanya aku begitu lemah dimata mereka”
“Mereka seperti itu karena mereka care,tapi aku akan perhatian dengan caraku sendiri. Aku akan memperlakukanmu seperti perempuan biasanya,aku tahu apa yang kamu inginkan”
“Aku sakit kanker darah”
“Well itu hanya penyakit,tidak perlu dipikirkan. Hidup ini terlalu indah untuk diabaikan,lebih baik menikmati apa yang didepan mata biarkan hidup ini mengalir seperti air dan membawamu kemanapun sesuai kehendak Sang Pencipta” Viona menyerap setiap untaian kata yang dikeluarkan oleh Michael. Sederhana namun kena dihati..


**


Hidup seperti air yang segar,mengalir sesuka hati dari Sang Pencipta dan sangat amat disayangkan untuk tidak dicicipi kesegarannya begitu pun juga dengan hidup biarkan ia mengalir sesuai dengan tujuan Sang Pencipta dan hidup ini terlalu indah untuk tidak dinikmati. Jadi Viona memilih untuk melupakan masalahnya sejenak dan menikmati apa yang ada didepan matanya..
            Hari demi hari Viona lewati bersama dengan Michael,kini Viona dan Michael bersahabat. Rasanya sedikit aneh baru bertemu beberapa kali kini sudah menjalin suatu ikatan persahabatan yang tentu membutuhkan waktu yang cukup lama untuk saling mengenal dan mempercayai satu sama lain..
“Hidupmu begitu sempurna” ujar Viona kepada Michael.
“Hidup manusia tidak ada yang sempurna”
“Hidupmu terlalu indah”
“Hidupku tidak seindah apa yang ada dibenakmu,aku kerap kali pergi dari rumah karena dirumahku sendiri aku tidak bisa mendapati kenyamanan layaknya keluarga lain,jangan melihat kesempurnaan hanya dari cover seseorang padahal kita tidak pernah tahu bagaimana sesungguhnya orang itu didalamnya,mungkin ia hancur dan sedang membutuhkan sebuah semangat dan harapan baru. Dan kesempurnaan covernya itu hanya nilai lebih untuk menutupi semua yang sedang ia rasakan”
“Makanya sering kali aku berkata nikmati apa yang ada didepan mata,karena hidup ini terlalu indah untuk diabaikan begitu saja. Dan aku cukup bersyukur karena masalah yang sering kali menghampiriku membuatku belajar banyak tentang kehidupan sesungguhnya” sambungnya lagi.
“Aku bersyukur bisa mengenalmu” gumam Viona.
“Lalu mengapa kamu sangat menyukai hujan?”
 “Hujan seperti sahabatku,ia tidak bisa berbicara dan duduk disampingku namun ia bisa menghapus air mataku dengan air segarnya dan aroma hujan itu membuatku merasakan suatu kenyamanan yang tak bisa diungkapkan,dan disaat aku membutuhkan sebuah kesegaran dalam masalahku hanya hujanlah yang bisa mengangkat semua kesesakan yang ku rasakan,meskipun hanya bersifat sementara”
“Aku tidak pernah merasakan itu” ujar Michael.
“karena kamu tidak pernah mencoba dan menyerapi setiap arti tetesan itu”
“Mau membantuku untuk mencoba tetesan itu?” tanyanya kemudian.
“Tentu”


**


            Setiap tetesan yang turun dari selang infuse itu membuat Viona merasakan perih yang mendalam,seakan nyawanya sedang berada diujung tanduk dan setiap tetesan itu membuat Viona merasa bahwa hidupnya tinggal sebentar lagi..
“Suster…” panggilnya dengan lirih.
“Ada apa Viona?”
“Tolong antarkan aku ke taman,aku punya janji dengan Michael hari ini”
“Tapi kamu lagi..”
“Anggap ini permintaan terakhirku,aku janji lain kali aku tidak akan meminta macam-macam lagi” ujar Viona memotong jawaban dari suster Anita..
“Baiklah,hanya untuk kali ini”


**


            Langit nampak mendung,angin berhembus kian kencang. Viona dan Michael hanya duduk dalam diam yang tidak bergeming sama sekali,membiarkan setiap hembusan angin merasuki tubuh mereka. Membiarkan angin ini membawa perasaan dan pikiran yang kian tak menentu,seakan menyerahkan hidup ini seutuhnya kepada Sang Pencipta..
“Bagaimana kalau ini adalah pertemuan terakhir kita?” ujarku.
“Mungkin aku akan menjadi laki-laki yang paling bahagia karena dapat mengenal wanita unik,cantik,dan tegar sepertimu. Meskipun diakhir cerita kamu akan meninggalkanku tapi aku percaya disaat kamu tenang diatas sana,aku akan tetap bisa melihatmu”
“Bagaimana kamu begitu yakin masih bisa melihatku disaat aku telah pergi?”
“Tali persahabatan yang kuat tidak akan pernah bisa putus bagaimana pun keadaannya,dan disaat aku menjalin ikatan persahabatan denganmu aku seperti mendapat mata kedua yang berguna untuk melihatmu lebih dalam dan jauh lagi”
“Entah mengapa aku bangga bisa mengenalmu,setiap untaian kata yang keluar dari mulutmu begitu sempurna”
“Dulu tempat ini adalah tempat favoritku bersama bundaku saat sebelum ia pergi meninggalkanku untuk selamanya. Kami selalu pergi kesini disaat sedang mendung ingin hujan,aku dan ibundaku juga senang melihat pelangi sehabis hujan dari bukit ini dan hanya ditempat ini aku bisa melihatnya itu pun juga dalam keadaan hujan” sambung Viona.
“Wah gerimis!” ucap Michael dengan semangat. Viona melangkahkan kakinya sampai tepat berada dipinggir bukit yang lumayan tinggi ini dan merentangkan kedua tangannya membiarkan hujan yang semakin deras ini membasahi tubuhnya..
“Sekarang tutup matamu,rentangkan kedua tanganmu,tarik nafasmu dalam-dalam,hilangkan semua pikiran yang sedang melekat diotakmu dan tersenyumlah” ujar Viona seraya memberi pelajaran sedikit kepada Michael.
“Aku merasakan sebuah ketenangan yang tak bisa digambarkan dan aromanya membuat hatiku sejuk” balasnya. Viona hanya terkekeh pelan..
            Selama hujan Viona dan Michael berlari-larian diatas bukit ini layaknya seperti anak kecil. Disaat yang bersamaan Viona merasakan pusing yang luar biasa,tubuhnya melemas,dan disaat itu juga hujan berhenti. Viona duduk direrumputan yang basah itu seraya membersihkan hidungnya yang berlumuran darah dan mencoba untuk memfokuskan pandangannya yang mulai kabur..
“Viona kita harus balik ke rumah sakit! wajahmu semakin pucat”
“Tidak perlu,kamu yang bilang sendiri nikmati saja apa yang ada didepan mata dan kini aku mau menikmatinya. Aku tahu,waktuku akan tiba jadi lebih baik kamu ikut duduk disampingku sambil menunggu pelangi datang” Michael menyerah akhirnya ia ikut duduk disebelah Viona seraya merangkulnya,Viona pun mengistirahatkan kepalanya yang semakin sakit dipundak Michael..
“Apa kamu ingin berjanji padaku?” tanya Viona.
“Berjanji apa?”
“Tidak akan melupakan sahabatmu yang paling lemah ini”
“Bagaimana aku bisa melupakanmu bahwa kamu sendiri selalu memberi kenangan disetiap pertemuan kita,aku sudah pasti akan berjanji. Apakah kamu mau berjanji juga?”
“Berjanji apa?”
“Jika aku sedang mengunjungi bukit ini,kamu akan datang menghampiriku disaat kamu sudah pergi nanti”
“Aku pasti lakukan itu untukmu,dan kamu tahu apa? saat aku mengenalmu,aku juga seperti mendapat mata kedua untuk bisa melihatmu lebih jauh lagi dan lebih dalam”
“Aku menyayangimu,Viona”
“Aku juga menyayangimu Michael” Dimenit berikutnya Viona telah pergi untuk selamanya. Bukit dan pelangi itulah yang menjadi saksi bisu untuk menyaksikan eratnya tali persahabatan dua insan yang kini sudah berbeda alam..
“Tuhan terima kasih karena telah memberikanku kesempatan untuk bisa mengenal Viona” gumam Michael seraya menjatuhkan air mata..
Michael meletakkan kepalanya diatas kepala Viona yang masih berada dipundaknya dan menatap keindahan pelangi dari atas bukit ini..


**


            Genap dua tahun kepergian Viona,Michael masih sering mengunjungi bukit itu dan Michael datang disetiap hujan dan Viona menepati janjinya,ia sering muncul dihadapan Michael. Mereka tetap berbagi cerita layaknya sahabat yang tak pernah terpisahkan meskipun mereka sudah berbeda alam..


**


            Persahabatan layaknya tali dari kedua sisi ditarik sama kencang dan menghasilkan kekuatan,begitu juga dengan sahabat ditarik oleh dua manusia yang menghasilkan kesetiaan dan perjalinan yang erat jika antara mereka ada yang mengendorkan salah satu sisi itu disaat itulah keeratan sahabat mulai renggang..






-THE END-


AAAAAA!! Ini cerpen gue,oke gue nangis waktu baca ini padahal gue yang bikin._. gue gatau bagus atau enggak,tapi gue seneng banget sama cerita yang ini wakakaka :| Maaf kalau jelek yaaa,gue baru belajar bikin cerpen :")


                                   












LOVE IS NEVER WRONG :")

 #BLSContest @JD_bieberteam <3
Created by @Licangelicaaaa :D





Enjoy! I hope you’ll like it :)



**



Secercah sinar mentari telah naik ke tempat dimana ia harus berada,untuk kembali menyinarkan dan menghangatkan dunia. Pagi ini ku buka mataku dengan malas karena setiap sudut kamarku telah disilaukan oleh pancaran sinar matahari..
“Good morning world” sapaku pada dunia. Setelah itu aku memanjatkan doa kepada yang maha Kuasa karena telah membangunkanku pagi ini,aku berjalan dengan langkah gontai menuju kamar mandi untuk membasuh wajahku..


**


Namaku Violine Nathasya McLendon yang kini telah menginjak umurnya delapan belas tahun. Aku adalah seorang mahasiswi yang berasal dari Canada,aku mempunyai peranakkan Perancis-Indonesia dari kedua orang tuaku..
“Good morning darl” sapa kedua orang tuaku saat aku sudah berada dimeja makan.
“Morning mom,dad”
“Apa hari ini kamu jadi menghabiskan liburan semestermu di L.A?” tanya mom seraya memotong pancakenya.
“Sepertinya jadi.. aku akan naik pesawat malam”
“Baiklah,nanti mom akan membantumu untuk packing”
“Terimakasih”
“Tidak biasanya kamu pergi ke L.A apa yang akan kamu lakukan disana?” dadku bertanya sambil sibuk dengan koran paginya.
“Selena memintaku untuk kesana,dia ingin menghabiskan waktu kosongnya bersamaku” Ya Selena,Selena Gomez kami sudah bersahabat lama. Dia sahabatku yang paling baik yang pernah ku temui aku tidak pernah menemui sosok buruk dalam dirinya..
“Rupanya kalian masih dekat ya,lalu bagaimana dengan Justin?” aku yang mendengar nama itu kemudian menoleh kepada mom dengan tatapan ‘untuk-apa-mom-mengingatkanku-lagi-dengan-nama-itu’ seakan ada tamparan yang keras mengenaiku,ada rasa perih yang mendalam jika mengingat nama itu lagi..
“Maaf,mom lupa Violine” balas mom dengan penuh rasa bersalah.
“Disini tidak ada yang salah,aku yang terlalu lemah” balasku dengan lemah namun berusaha tegar..


**


At.LAX Airport
Welcome to Los Angeles..
Sebelum aku menunggu kedatangan Selena untuk menjemput,aku memutuskan untuk pergi ke coffee shop yang berada disekitar bandara dan memesan Capucinno..
*onthephone*
“Hey Violine kau dimana? Aku sudah sampai di bandara,aku tidak bisa turun. Aku takut kalau ada paparazzi” ujar Selena dari ujung telepon.
“Ah iya tunggu sebentar,mobilmu berwarna apa?”
“kau cari saja Range rover hitam pekat,aku tunggu didalam mobil”
“Baiklah” aku memutuskan sambungan telepon kemudian membayar minuman yang ku pesan dan berjalan mencari Range rover hitam pekat yang Selena ucapkan. Tidak perlu waktu lama untuk menemukannya,aku sudah dapat melihat Range rover itu aku mempercepat langkah kakiku dan masuk ke dalam mobil itu. Dan didalam mobil ada sosok pria yang duduk dikursi pengemudi yang memakai hoddie YMCB dan kacamata yang tengah sibuk dengan iPhone miliknya..
“Hey Violine long time no see,I miss you so much” ujar Selena saat aku sudah duduk manis dikursi penumpang,Selena membalikkan tubuhnya kebelakang dan pria disebelahnya tersontak dan ikut berbalik dan membuka kacamatanya. Sosok itu… mengapa ia bisa disini bersama dengan Selena? Baru tadi pagi aku diingatkan dengan sosok Justin kemudian malam ini dia sudah berada didepanku. Aku menarik nafasku dalam-dalam untuk menetralisirkan perasaanku yang berubah menjadi tidak karuan seperti ini,mata itu.. membuatku ingat akan segalanya. Disaat yang bersamaan mata kami bertemu..
“Hey hello Violine?” Selena menggocangkan tubuhku pelan sehingga aku sadar dan kembali terpijak didunia nyata,Tuhan mampukan batinku disaat aku harus mendengar kabar itu..
“Ah iya ada apa Selena?” balasku gugup. Justin hanya membalikkan tubuhnya menghadap ke jalanan dan kembali menyibukkan dirinya dengan iPhone seakan dia menghiraukan keberadaanku..
“Sepertinya kamu lelah sekali,lebih baik aku antarkan kau ke hotel sekarang dan besok kita baru menghabiskan waktu bersama”
“Baiklah”
“Aku hampir lupa,kenalkan ini Justin pacarku. tapi sepertinya aku tidak perlu mengenalinya padamu karena hampir setiap hari nama Justin berada di tv haha” Benar kegundahanku selama ini,Justin sekarang sudah beralih kepada Selena yang sebelumnya telah berpacaran dengan Jasmine yang membuatku ditinggalkan begitu saja,haha dimana-mana memang aku yang selalu menjadi korban..
“Haha iya,sudah berapa lama kalian berpacaran?” tanyaku yang hanya bermodalkan keberanian dan kekuatan batin yang sebentar lagi akan rapuh..
“Mungkin lima bulan,benarkan babe?” tanya Selena pada Justin. Justin hanya terenyak seperti baru sadar dari lamunan..
“Ah.. iya iya lima bulan” balasnya gugup.
“Selamat ya” kata Selamat yang mempunyai beribu arti yang terselip,contohnya seperti dihatiku sekarang. Aku tidak mengerti harus mengartikan arti selamat itu dengan bagaimana mungkin ada rasa cemburu,sakit,atau mungkin doa yang tulus yang masih belum ku percayai itu datang dari hati atau bukan..


**


Justin Bieber,nama itu sudah tidak asing bagiku. Aku dan Justin pernah menjalin suatu hubungan dari umur tiga belas tahun sampai kira-kira berumur enam belas tahun. Saat Justin memulai dunia musiknya aku masih baik-baik saja dengannya sampai suatu saat sang manager Justin menyuruhnya untuk menjalin hubungan dengan Jasmine Vilegas agar kedua popularitas mereka bisa naik dengan cepat,dan tepat disanalah aku menjadi korban harus melepas Justin begitu saja. Sejak saat itu aku lostcontact dengan Justin. Aku tidak marah pada siapapun,tidak menyalahkan siapapun karena aku putus dengan Justin,dengan cara yang baik-baik. Tapi keadaan hati inilah yang membuatku tidak pernah mampu untuk melupakannya..


**


Matahari telah tenggelam ke ufuk Barat dan kini cuaca berubah menjadi mendung,aku duduk diam sambil memainkan vanilla lateku sambil menonton keindahan kota Los Angeles dari dalam kedai kopi..
“Hey,sendirian saja” ujar seorang pria. Aku yang sedang melihat keluar langsung menolehkan wajahku kepada pria itu,dan disanalah Justin bediri. Gentaran dan perasaan itu menghampiriku lagi dimana saat mata kami saling bertemu,aku rindu sekali dengannya. Aku rindu akan tatapannya..
“Iya hehehe” balasku dengan sungkan.
“Sepertinya kamu banyak berubah ya” ujarnya lagi. Justin berbicara dengan sangat lembut dan berusaha untuk mencairkan suasana diantara kami..
“Apa yang berubah dariku? Selena dimana?” tanyaku untuk berusaha mengalihkan topik pembicaraan,muka Justin berubah menjadi datar seakan dia enggan untuk membahas Selena..
“Selena berkata padaku,dia mempunyai project film baru di New York jadi dia tidak bisa menemanimu selama di L.A dan…” Justin menggantungkan kata-katanya.
“Dan apa?”
“Dan dia memintaku untuk menemanimu selama di L.A”
“Sepertinya aku harus pergi,aku masih lelah karena perjalanan kemarin. Sampai jumpa” aku bediri dan tidak lupa meninggalkan beberapa lembar uang dollar untuk membayar vanilla late pesananku..
“Tunggu!” Justin menahanku dengan cara memegang pergelangan tanganku dengan erat. Getaran dan degupan itu muncul lagi,Tuhan jangan biarkan perasaan ini mendalam. Perasaan ini salah,Justin sudah ada yang punya,aku merutukki diriku sendiri..
“Biarkan aku mengantarmu” sambungnya.  Aku pun mengangguk menandakan aku mau diantarnya pulang..


**


Keheningan menjalar diantara kami tidak ada satupun diantara kami yang membuka suara. Seakan membiarkan hati ini yang berbicara untuk mengungkapkan semua perasaan yang belum tersampaikan,tapi sepertinya ini mustahil mana mungkin Justin mengerti perasaanku ketika dia sudah menggandeng Selena sebagai kekasih barunya sudah pasti perasaan Justin kepadaku telah sirnah dengan berjalannya waktu..
“Maaf” itulah yang dilontarkan Justin sebagai awal topik pembicaraan.
“Maaf untuk apa?”
“Maaf untuk segalanya yang telah ku lakukan padamu. Aku menyesal..”
“Aku sudah lupa akan masalah itu,kamu tidak pernah salah. disituasi ini tidak ada yang salah. Meskipun sampai saat ini aku belum bisa melupakan memori itu..” balasku lirih lebih tepatnya berbisik dan hanya Justin yang dapat mendengar. Tangan kokoh Justin yang sedang memegang setir pun berpindah dan berusaha meraih tanganku..
“Maaf karena telah membuatmu sakit,tapi kalau boleh aku jujur aku tidak pernah berusaha untuk melupakanmu dan tentang perasaan itu…tetap masih tersimpan disini” Justin mengarahkan tanganku yang sedang digenggamnya menuju dadanya yang sudah berubah menjadi lebih bidang. Air mataku sudah hampir jatuh namun aku berusaha sekuat tenaga untuk menahannya agar tidak jauh,aku terlalu lemah dalam hal ini..
“Andaikan waktu bisa diputar,aku ingin bisa menjalin hubungan lagi denganmu”
“Justin stop bahas hal itu! kau sudah memilikki Selena,dia sayang padamu tidak seharusnya kamu seperti ini. perasaan ini salah Justin…cukup aku yang merasakan perasaan ini”
“Aku tahu tidak seharusnya aku begini,tapi perasaan ini dari dulu tidak bisa ku hapus meskipun aku sudah menjalin hubungan dengan Jasmine dan Selena. Berikan aku kesempatan untuk memperbaikki ini..”
“Sudah sampai,biarkan aku turun” aku berusaha menepis tangan Justin yang sedari tadi masih digenggamnya. Akhirnya Justin mengalah dia melepaskan tanganku aku keluar dan lari ke kamar hotelku dengan cepat..
Setibanya dikamar aku mencuci wajahku yang sudah basah dengan ari mata,aku pergi ke balcon kamar dan menarik nafas dalam-dalam sambil merentangkan kedua tanganku. Menit berikutnya aku merasakan ada tangan yang kekar melingkar disekitar perutku dan dipundakku ku dapati wajah Justin sambil menutup matanya..
Shit! Aku lupa mengunci pintu kamarku,pikirku..
“Biarkan aku memelukmu…aku sangat rindu dengan harum parfum strawberrymu”
“Aku juga tidak pernah mengingini hubungan berpura-pura sepert ini,aku lakukan ini karena aku disuruh dengan manager yang sudah terikat kontrak. Aku juga lelah dengan semua drama ini..” sambung Justin lirih.
“Apa Selena termasuk hubungan publicmu?”
“Awalnya kami hanya didepan public,kemudian perasaan suka muncul antara kami. Tapi aku tidak pernah ada rasa sayang dan cinta dengan Selena karena aku tahu semuanya sudah diambil alih olehmu” balas Justin yang sekarang sudah membuka matanya dan sekarang menatapku dari samping..
“Sayang bisa dipelajari oleh setiap orang”
“Tapi aku tidak mau belajar menyayangi orang lain selain kamu. dan cintaku khusus untukmu” Justin memutar tubuhku perlahan sehingga aku berhadapan dengannya,kedua tangan Justin kini memegang kedua pipiku yang memerah..
“Jangan pernah hilangkan rasa cinta itu,karena cinta tidak pernah salah” ujarnya seraya menatap mata biruku lekat-lekat dan penuh keberanian aku membalas tatapannya..
“Tapi jika cinta itu datang disaat seperti ini apakah dia masih tetap tidak salah?”
“Ini semua hanya perlu waktu,aku akan menjelaskan semuanya pada Selena. Selena gadis yang baik aku percaya dia pasti akan mengerti,aku hanya ingin jangan pernah mencoba untuk hilangkan rasa cintamu untukku. Karena sudah dua tahun aku mencoba untuk menyimpan perasaan ini padamu dan hanya untukmu”
“Tidak ada yang bisa menggantikan posisimu dihatiku…I still love you,please give me a second chance” sambungnya. Justin semakin mendekatkan wajahnya padaku sehingga kami bisa saling merasakan deruan nafas kami. Menit berikutnya Justin sudah melumat bibirku dengan lembut dan penuh kasih sayang,jujur aku sangat rindu akan ciuman ini..
“If I was your man.. I’d never leave you girl” Justin menyebutkan sedikit lirik lagu Boyfriendnya. Aku hanya mengulum bibirku sehingga membentuk sebuah senyuman dan memeluknya erat..


**


Hari demi hari,ku lewati bersama Justin dan Selena seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya,aku dan Justin belum menjalin hubungan lagi aku hanya menyerahkan semuanya pada waktu yang bergulir aku membiarkan ini semuanya mengalir seperti air..
“Violine bisakah kita berbicara?” ujar Selena yang tiba-tiba berada diujung pintu kamarku. Aku yang sedang berada didepan meja rias segera mengambil smartphoneku dan pergi mengikutinya..
Selena membawaku ke Starbucks dekat hotel dan kami duduk berhadapan. Sudah dari tadi aku menatap Selena,matanya sembab seperti habis menangis. Apa yang terjadi,batinku..
“Selena apa yang terjadi?” tanyaku.
“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. mengapa kamu tidak jujur kepadaku kalau Justin mantanmu?” balas Selena setenang mungkin,ketakutanku akhirnya tiba Selena akhirnya mengetahui ini..
“Aku takut menyakitimu..”
“Justru kalau seperti ini aku yang telah menyakitimu,seharusnya kamu memberitahuku. dan waktu itu aku juga melihat kalian berciuman dikamar hotelmu disaat itu juga aku mencari informasi tentang hubungan kalian sebanyak mungkin dan akhirnya aku mengetahui kalau kalian pernah menjalin hubungan selama tiga tahun. Maafkan aku Violine..” balas Selena seraya menatapku lekat. Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya kalau ternyata Selena akan menjawab seperti ini..
“Tapi Selena. Bagaimana hubunganmu dengan..”
“Hubunganku dan Justin sudah selesai dari dua hari yang lalu,kamu tidak usah sungkan. Aku takut kalau menyakitimu lebih dalam lagi” Selena mencoba tersenyum tapi aku tahu didalam hatinya ia sedang tidak tersenyum..
“Lebih baik sekarang kamu temui Justin ditaman belakang hotelmu. Dia menunggumu disana,ayo cepat” Selena bangkit dari duduknya kemudian menarik tanganku seakan menyuruhku untuk cepat pergi menemui Justin..
“Selena terimakasih banyak,kamu terlalu baik” ujarku kemudian memeluk Selena sambil meneteskan air mata.
“Sama-sama Violine” aku pun lari menuju dimana Justin berada.
Dan saat aku sampai disana aku sudah melihat Justin duduk dikursi taman sambil tersenyum manis kepadaku..
“Jadi bagaimana kamu masih menjaga perasaan itu untukku kan?” tanya Justin saat aku sudah ada dihadapannya.
“Perasaan itu tidak pernah bisa hilang” balasku sambil tersenyum.
“So wanna be my girlfriend?” Justin melingkarkan tangannya dipinggangku,begitu juga aku yang melingkarkan tanganku dileher Justin..
“Of course I want to be your girlfriend”
“I love you for yesterday,now,tomorrow,and forever”
“I love you more” balasku seraya memeluk Justin erat,seakan tidak mau kehilangannya lagi. Menit berikutnya Justin melepaskan pelukanku kemudian mendekatkan wajahnya padaku dan melumat bibirku lembut..
“I hope you both will longlast” ujar Selena diujung taman tepatnya dibalik pohon yang sedang menyaksikan cuplikan baliknya dua insan yang sudah lama terpisah,dilubuk hati Selena dia merasakan sakit yang mendalam namun dibalik kesakitannya Selena senang bisa melihat sahabatnya dan orangnya yang disayang juga senang..


**


Jangan pernah salahkan cinta karena memang perasaan itu tidak pernah salah,biarkan dia mengalir dengan sendirinya. Kita sakit hati bukan karena cinta namun kita jatuh pada orang yang salah. Apapun bentuknya Cinta selalu indah pada waktunya <3


-THE END-


Ini Short story yang pernah gue post untuk ikutan contest BLS gitu di Twitter and well gue menang meskipun cuma juara tiga. Namanya juga permulaan muahahaha xD









Jumat, 03 Agustus 2012

This is real,this is ME (:

BONJOUR!! :)



Well ini blog ketiga gue dan seperti kejadian yang sama,gue lupa passwordnya so gue bikin lagi-_-  
Gue Lydia Sarah Angelica,lo semua bisa panggil gue Angel,Enji,atau Lica(re: Lika) sekalipun,I know it sounds kinda weird tapi itu adalah panggilan yang temen gue buat so gue pasrah aja._. 

Misi dan visi gue untuk bikin blog ini sebenarnya untuk..................POST CERPEN GUE B-) *okeover-_-
Muahahaha jadi sebenarnya gue emang lagi suka banget sama yang namanya nulis cerpen dan sejenisnya dan beberapa hari yang lalu gue mimpi bisa jadi seorang penulis novel and I believe what I dream because nothing is impossible right? who knows kalau suatu hari nanti,apa yang pernah dalam mimpi kita jadi sesuatu yang bener-bener nyata?

Hidup tanpa mimpi itu sangat flat karena kita gapunya titik tumpuan untuk kemana kita melangkah,dan disaat orang orang menyerah dalam perjalanan hidupnya disaat itu juga gue berani untuk tetap bermimpi,karena selama di hidup gue orangorang sekitar gue selalu  bilang "gagal bukan akhir dari segalanya" dan ada juga yang bilang "jadikan mimpimu sebagai motivasi semangat hidup kamu" 

Lo tau Justin Bieber kan? pasti tau dan harus tau haha dan asal lo tau gue Beliebers dari tahun 2009:") dia punya katakata yang selalu bikin gue semangat namanya   "Never Say Never" dan waktu nonton filmnya pun gue nangis padahal itu enggak sedih sama sekali,gue nangis terharu karena melihat perjalanan Justin yang benerbener berusaha dari NOL! dan liat sekarang hidupnya Justin? serba terpenuhi,disaat itu juga gue sadar di dunia ini gaada yang mustahil. Dan dihidup gue,gue punya Tuhan Yesus penopang hidup gue dan Papa gue yang satu itu pun udah menjanjikan segalanya atas hidup gue. Asalkan kita mau tetep percaya dan terus bermimpi gue percaya semua apa yang kita impikan bisa tercapai. KEEP BELIEVING,NEVER SAY NEVER! :"D


Oke entri ini agak ganjil karena bahasa gue yang kelewat tinggi tapi yaudahlah yaa,otak gue kalau lagi random emang begini jadi maklumin aja. I have to go now,I'll be back with other stuff! BYE <3