Perempuan itu menatap kearah laki-laki dihadapannya
dengan tegas, ia tidak mau terlihat lemah dihadapan lawan bicaranya. Perempuan
itu meneliti tekstur wajah laki-laki dihadapannya. Rahangnya keras, beralis
tebal, ia mempunyai mata yang berwarna seperti harimau. Dengan begitu ia
mempunyai sorot mata yang tajam, seperti ingin memangsa siapa saja yang sedang
menatapnya. Laki-laki tersebut sangat berkharisma, membuat wanita manapun akan
mendambakannya dengan mudah. Keheningan itu tercipta untuk beberapa saat,
keduanya berkutat dengan pikiran masing-masing sampai tiba-tiba laki-laki
tersebut membuka suara sebagai pembukaan topik pembicaraan mereka.
“Aku tidak menyangka akan
bertemu denganmu lagi disini, di cafĂ© favorit kita.” Ujar Axel—nama laki-laki
tersebut.
“Favorit aku. Kamu sering
kesini karena dulu aku yang selalu mengajakmu.” Balas Cassandra—nama perempuan
tersebut.
“Kamu banyak berubah.” Komentar
Axel seraya meneliti Cassandra dengan mata hazelnya. Cassandra merasa risih
dengan tatapan Axel, tatapannya seakan sedang menelanjangi Cassandra demi
mencari sesuatu.
“Setiap orang pasti akan
berubah, karena roda hidup terus berputar.”
“Tapi Cassandra yang aku
kenal tidak seperti ini.”
“Definisi ‘seperti ini’
maksudmu yang seperti apa? Aku semakin dewasa Axel, aku bukan perempuan lemah
lagi.”
“Maafkan aku.”
“Buat apa?”
“Maafkan aku kalau aku pernah
mengecewakanmu, pernah memainkan perasaanmu, pernah menyakitimu. Kembalilah
padaku Cassandra…” Axel menatap Cassandra dengan lembut dan intens.
“Dulu kita menjalin hubungan
selama tiga tahun, aku memberikan segalanya padamu. Sampai ketika kamu
memfitnahku selingkuh dengan laki-laki lain dan memintaku untuk putus darimu.
Kamu bilang bahwa aku tidak pernah memperjuangkan hubungan kita, kamu yang bilang
kalau aku tidak bisa setia. Padahal kamu satu-satunya orang yang tidak pernah
memperjuangkan hubungan itu, padahal kamu satu-satunya orang yang tidak bisa
setia karena kamu selingkuh dengan perempuan itu, tapi kamu membuat semuanya
itu menjadi salahku. Tidakkah kamu sadar bahwa semua beban yang aku punya dulu
terlalu berlebihan? Aku berjuang sendirian untuk melawan rasa sakit itu, aku
memang bukan yang terbaik untukmu tapi bukan seperti itu caranya untuk
mengusirku dari kehidupanmu. Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana rasa sakit
yang aku terima dulu. Dan kini setelah semua rasa sakit itu hilang, kamu kembali
dan meminta maaf. Kemana saja kau? Aku menunggu kata itu keluar dari mulutmu
sejak satu tahun yang lalu, dan dengan mudahnya kamu memintaku kembali……” Cassandra
menarik nafasnya dalam-dalam, takut ia akan menangis. Cassandra tidak mau
terlihat lemah didepan Axel.
“Beri aku kesempatan untuk
memperbaiki semuanya, aku sayang sama kamu.” Ujar Axel kemudian menggenggam
tangan Cassandra.
“Aku sayang sama kamu, tapi
maaf itu dulu. Dulu disaat aku memperjuangkan hubungan itu sendirian,
mempercayaimu disaat kamu tidak pantas mendapatkannya, dan disaat aku melihat
kamu selingkuh dengan sahabatku sendiri.” balas Cassandra seraya melepaskan genggaman tangan Axel.
“Aku tidak akan melakukannya
lagi.” Ujar Axel. Cassandra membelai pipi Axel dengan tatapan mata yang begitu
lembut.
“Maaf aku tidak bisa, aku dan
kamu kini telah berbeda dan mempunyai jalan masing-masing. Aku sayang padamu
tapi sebatas sahabat. Itu semua sudah dulu Axel, kini aku sudah mempunyai
kehidupan sendiri yang harus aku tata rapih.”
“Terimakasih kamu pernah
hadir dalam hidupku, terimakasih bahwa kamu pernah menyayangiku, terimakasih
atas warna yang kamu bawa kedalam hidupku, dan terimakasih atas semua kenangan
manis yang pernah kita buat bersama. Aku tidak akan melupakan itu, karena
seberapapun kamu mengecewakanku kamu tetap pernah mempunyai tempat dihatiku. Begitu
juga dengan kenangan aku dan kamu, akan selalu mempunyai tempat spesial
dihatiku.” Sambung Cassandra kemudian mengecup pipi Axel lembut kemudian bergegas
pergi dari hadapan Axel, karena Cassandra sudah tidak kuat untuk menahan air
matanya. Sedetik Cassandra pergi, Axel meneteskan air matanya.
“Andaikan waktu bisa diputar,
aku tidak akan merusak permata hatiku sendiri…I love you Cassandra.” Ujar Axel
seraya menatap punggung Cassandra yang kini semakin menjauh dari tatapannya.
MAAF KALAU LEBAY TERLALU SINETRON. OTAK MAKIN MALEM MAKIN ANEH.
Terimakasih yang sudah menyempatkan waktunya mau baca cerpen aneh ini, kritik&saran akan diterima dengan senang hati :)
Angelica xx
Tidak ada komentar:
Posting Komentar